Penyakit Asma terkadang salah diagnosis
Kurang dari 5% pasien asma dengan asma terkontrol, atau dapat dikatakan hampir seluruh pasien beLum terkontrol. Prevalens asma di Indonesia meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003 di Jakarta Timur diadakan penelitian pada anak SMP didapatkan hasil prevalensi sebesar 11,2% dan Pada salah satu periode meningkat menjadi 12,5%.
Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya asma salah satunya adalah polusi udara dan perubahan gaya hidup. Asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) merupakan penyakit terbanyak yang dijumpai di pusat pusat kesehatan paru di Indonesia Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),hingga saat ini jumiah pasien asma dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025/Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma merupakanDi dunia, penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian,yaitu mencapai 17,4%.Di Indonesia, penyakit ini masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini memang meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar 20% hingga 10 tahun mendatang.WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat 255.000 pasien meninggal dunia karena asma. Ini bukan angkaAsma,Sering Salah Diagnosis Asma, merupakan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan kehilangan hari kerja bagi para pekerja, kehilangan hari sekolah bagi anak sekolah, gangguan aktivitas, gangguan sosial dan terhambatnya kegiatan bagi ibu rumah tangga, sehingga asma menjadi masalah serius pada anak dan dewasa.
Tujuan penatalaksanaan asma adalah tercapainya asma terkontrol. Asma terkontrol adalah keadaan pasien asma:
1. Tanpa gejala pada siang hari dan malam hari.
2. Tidak terhambat dalam melaksanakan aktivitas karena asma.
3. Memiliki fungsi paru normal.
4. Tidak menggunakan pelega.
5. Tidak lagi berkunjung di UGD (Unit Gawat Darurat) karena Jika secara umum asma merupakan penyakit yang seringkali underdiagnosed, maka pada kelompok anak keadaannya lebih parah. Pangkal masalahnya adalah karena seringkali banyak pihak, termasuk dokter, dalam melihat dan menilai anaksama seperti orang dewasa hanya dalam ukuran kecil (anak dianggap miniatur dewasa).
Gejala penyakit pada orang dewasa relatif cukup khas dibandingkan gejala pada anak. Pada pasien asma dewasa, gejala sesak napas disertai suara mengi biasanya sangat menonjol sehingga diagnosisnya lebih mudah.Pada anak, gejala mengi tidak selalu berarti asma.Semakin muda umur anak semakin banyak diagnosis banding dari gejala mengi. Sebaliknya, banyak anakdengan asma tidak mempunyai gejala mengi tetapi yang menonjol adalah gejala batuk kronik berulang.
Pada pasien dewasa di Indonesia dengan gejala batuk kronik dugaan utama penyebabnya adalah tuberkulosis diterapkan pada anaK akhirnya adalah banyak asma keliru didiagnosis.
Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya asma salah satunya adalah polusi udara dan perubahan gaya hidup. Asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) merupakan penyakit terbanyak yang dijumpai di pusat pusat kesehatan paru di Indonesia Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),hingga saat ini jumiah pasien asma dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025/Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma merupakanDi dunia, penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian,yaitu mencapai 17,4%.Di Indonesia, penyakit ini masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini memang meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar 20% hingga 10 tahun mendatang.WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat 255.000 pasien meninggal dunia karena asma. Ini bukan angkaAsma,Sering Salah Diagnosis Asma, merupakan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan kehilangan hari kerja bagi para pekerja, kehilangan hari sekolah bagi anak sekolah, gangguan aktivitas, gangguan sosial dan terhambatnya kegiatan bagi ibu rumah tangga, sehingga asma menjadi masalah serius pada anak dan dewasa.
Tujuan penatalaksanaan asma adalah tercapainya asma terkontrol. Asma terkontrol adalah keadaan pasien asma:
1. Tanpa gejala pada siang hari dan malam hari.
2. Tidak terhambat dalam melaksanakan aktivitas karena asma.
3. Memiliki fungsi paru normal.
4. Tidak menggunakan pelega.
5. Tidak lagi berkunjung di UGD (Unit Gawat Darurat) karena Jika secara umum asma merupakan penyakit yang seringkali underdiagnosed, maka pada kelompok anak keadaannya lebih parah. Pangkal masalahnya adalah karena seringkali banyak pihak, termasuk dokter, dalam melihat dan menilai anaksama seperti orang dewasa hanya dalam ukuran kecil (anak dianggap miniatur dewasa).
Gejala penyakit pada orang dewasa relatif cukup khas dibandingkan gejala pada anak. Pada pasien asma dewasa, gejala sesak napas disertai suara mengi biasanya sangat menonjol sehingga diagnosisnya lebih mudah.Pada anak, gejala mengi tidak selalu berarti asma.Semakin muda umur anak semakin banyak diagnosis banding dari gejala mengi. Sebaliknya, banyak anakdengan asma tidak mempunyai gejala mengi tetapi yang menonjol adalah gejala batuk kronik berulang.
Pada pasien dewasa di Indonesia dengan gejala batuk kronik dugaan utama penyebabnya adalah tuberkulosis diterapkan pada anaK akhirnya adalah banyak asma keliru didiagnosis.
Asma Dapat Dikontrol'
"Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol'; tegas Prof Faisal. Meskipun ilmu pengetah dan teknologi sudah sedemikian maju, namun penanganan asma di lapangan masih belum adekuat baik di negara berkembang maupun di negara maju. Keadaan asma terkontrol yang menjadi tujuan penanganan asma masih belum tercapai pada sebagian besar pasien asma.
Menurut Prof. Faisal, masih banyak dokter di tingkat pelayanan Primer yang belum menguasai Penanganan asma standar.
Persepsi dan perilaku penanganan asr^a oleh dokter umum serta ^syarakat tentang penyakit asma memang dinilai masih rendah.
Konsep penanganan asma masih berorientasi pada pengobatan gejala/serangan asma, bukan pada pencegahan agar serangan tersebut dapat ditekan bahkan dihilangkan atau yang didefinisikan sebagai kontrol asma.
Penanganan jangka panjang belum banyak diterapkan. Penanganan penyakit asma perlu jangka panjang agar penderita asma dapat menjalani hidup normal. Hasil penelitian pada tahun 1997 mengenai "manfaat penggunaan secara bersamaan obat bronkodilator (pelega nafas) dan controller (pengontrol) inhalasi/hisap pada penderita asma dengan tinjauan khusus pada perbaikan klinis dan biaya pengobatan" menunjukan bahwa pasien yang menggunakan bronkodilator (pelega nafas) dan controller (pengontrol) mendapatbserangan asma yang lebih jarang dan menurunnya kunjungan ke unit gawat darurat serta mengeluarkan biaya pengobatan menjadi jauh lebih sedikit."Dari penelitian yang dilakukan pada pasien rawat jalan di RS Persahabatan Ini menunjukan, bahwa penanganan asma yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien asma sekaligus mengurangi burden of diseases" jelas Prof. Faisal.
Dari beberapa penelitian terakhir diketahui bahwa terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega Jangka
panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan Inhalasi memberikan hasil perbaikan gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi.
Cara pengobatan ini telah terbukti memberi keuntungan perbaikan faai paru dan penurunan gejala asma yang mengurangi biaya kedaruratan asma. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa pasien asma memilikl kemungkinan untuk mendapatkan kualitas hidup layaknya orang tanpa asma tentu saja dengan penggunaan obat kombinasi tersebut dengan tepat dan dalam jangka waktu yang direkomendasikan dokter.
dilakukan pada pasien rawat jalan di RS Persahabatan ini menunjukan, bahwa penanganan asma yang baik dapat menlngkatkan kualitas hidup pasien asma sekaligus mengurangi burden of diseases"jeias Prof. Faisal.
Dari beberapa penelitian terakhir diketahul bahwa terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega jangka panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan Inhalasi memberikan basil perbaikan gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi Cara pengobatan ml telah terbukti memberi keuntungan perbaikan faal paru dan penurunan gejala asma yang mengurangi biaya kedaruratan asma. Dari penelitian inijuga diketahul bahwa pasien asma memiliki kemungkinan untuk mendapatkan kualitas hidup layaknya orangtanpa asma,tentu saja dengan penggunaan obat kombinasi tersebut dengan tepat
dan dalam jangka waktu yang direkomendasikan dokter.
Bagaimana Mengetahui Status/Tingkat Kontrol Asma?GINA {Global Initiative for Asthma) dalam rekomendasi penatalaksanaan asma 2008 yang juga diadaptasi oleh Dewan Asma Indonesia,telah memulai upaya untukmenyebarluaskan penggunaan ACT/Asthma Contol Test guna mengetahui tingkat kontrol asma secara mudah dan valid.
ACTterdiri dari 5 pertanyaan yang memiliki nilai maksimal 5 untuk masing-masing pertanyaannya.Jika pasien asma memiliki nilai maksimal 5 pada semua pertanyaan dalam ACT atau total nilai 25 maka pasien berada dalam tingkat asma yang terkontrol total/penuh. Artinya, pasien memiliki kualitas hidup yang sama seperti orang tanpa asma.
Hal yang harus diwaspadai pasien asma adalah jika nilai ACT berada dibawah angka 19 atau berada pada tingkat asma yang tidak terkontrol.
Itu merupakan indikasi untuk sesegera mungkin berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan evaluasi secara cermat agar pasien mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan untuk menuju kepada kondisi terkontrol penuh.
Segera periksa status kontrol asma Anda.Konsultasikan hasilnya ke dokter Anda dan laksanakan pengobatan yang direkomendasikan dengan benar dan sungguh-sungguh. Jangan biarkan asma mengontrol Anda Saatnya pegang kendali.
"Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol'; tegas Prof Faisal. Meskipun ilmu pengetah dan teknologi sudah sedemikian maju, namun penanganan asma di lapangan masih belum adekuat baik di negara berkembang maupun di negara maju. Keadaan asma terkontrol yang menjadi tujuan penanganan asma masih belum tercapai pada sebagian besar pasien asma.
Menurut Prof. Faisal, masih banyak dokter di tingkat pelayanan Primer yang belum menguasai Penanganan asma standar.
Persepsi dan perilaku penanganan asr^a oleh dokter umum serta ^syarakat tentang penyakit asma memang dinilai masih rendah.
Konsep penanganan asma masih berorientasi pada pengobatan gejala/serangan asma, bukan pada pencegahan agar serangan tersebut dapat ditekan bahkan dihilangkan atau yang didefinisikan sebagai kontrol asma.
Penanganan jangka panjang belum banyak diterapkan. Penanganan penyakit asma perlu jangka panjang agar penderita asma dapat menjalani hidup normal. Hasil penelitian pada tahun 1997 mengenai "manfaat penggunaan secara bersamaan obat bronkodilator (pelega nafas) dan controller (pengontrol) inhalasi/hisap pada penderita asma dengan tinjauan khusus pada perbaikan klinis dan biaya pengobatan" menunjukan bahwa pasien yang menggunakan bronkodilator (pelega nafas) dan controller (pengontrol) mendapatbserangan asma yang lebih jarang dan menurunnya kunjungan ke unit gawat darurat serta mengeluarkan biaya pengobatan menjadi jauh lebih sedikit."Dari penelitian yang dilakukan pada pasien rawat jalan di RS Persahabatan Ini menunjukan, bahwa penanganan asma yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien asma sekaligus mengurangi burden of diseases" jelas Prof. Faisal.
Dari beberapa penelitian terakhir diketahui bahwa terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega Jangka
panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan Inhalasi memberikan hasil perbaikan gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi.
Cara pengobatan ini telah terbukti memberi keuntungan perbaikan faai paru dan penurunan gejala asma yang mengurangi biaya kedaruratan asma. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa pasien asma memilikl kemungkinan untuk mendapatkan kualitas hidup layaknya orang tanpa asma tentu saja dengan penggunaan obat kombinasi tersebut dengan tepat dan dalam jangka waktu yang direkomendasikan dokter.
dilakukan pada pasien rawat jalan di RS Persahabatan ini menunjukan, bahwa penanganan asma yang baik dapat menlngkatkan kualitas hidup pasien asma sekaligus mengurangi burden of diseases"jeias Prof. Faisal.
Dari beberapa penelitian terakhir diketahul bahwa terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega jangka panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan Inhalasi memberikan basil perbaikan gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi Cara pengobatan ml telah terbukti memberi keuntungan perbaikan faal paru dan penurunan gejala asma yang mengurangi biaya kedaruratan asma. Dari penelitian inijuga diketahul bahwa pasien asma memiliki kemungkinan untuk mendapatkan kualitas hidup layaknya orangtanpa asma,tentu saja dengan penggunaan obat kombinasi tersebut dengan tepat
dan dalam jangka waktu yang direkomendasikan dokter.
Bagaimana Mengetahui Status/Tingkat Kontrol Asma?GINA {Global Initiative for Asthma) dalam rekomendasi penatalaksanaan asma 2008 yang juga diadaptasi oleh Dewan Asma Indonesia,telah memulai upaya untukmenyebarluaskan penggunaan ACT/Asthma Contol Test guna mengetahui tingkat kontrol asma secara mudah dan valid.
ACTterdiri dari 5 pertanyaan yang memiliki nilai maksimal 5 untuk masing-masing pertanyaannya.Jika pasien asma memiliki nilai maksimal 5 pada semua pertanyaan dalam ACT atau total nilai 25 maka pasien berada dalam tingkat asma yang terkontrol total/penuh. Artinya, pasien memiliki kualitas hidup yang sama seperti orang tanpa asma.
Hal yang harus diwaspadai pasien asma adalah jika nilai ACT berada dibawah angka 19 atau berada pada tingkat asma yang tidak terkontrol.
Itu merupakan indikasi untuk sesegera mungkin berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan evaluasi secara cermat agar pasien mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan untuk menuju kepada kondisi terkontrol penuh.
Segera periksa status kontrol asma Anda.Konsultasikan hasilnya ke dokter Anda dan laksanakan pengobatan yang direkomendasikan dengan benar dan sungguh-sungguh. Jangan biarkan asma mengontrol Anda Saatnya pegang kendali.