Jangan pernah lagi Membedong Bayi Anda
PERNAHKAH Anda melihat anak berjalan pincang, kaki terlihat lebih pendek pada satu sisi? Jika melihat hal tersebut,salah satu kemungkinan penyebabnya adalah terjadinya dislokasi (lepas sendi) panggul atau gangguan pertumbuhan sendi panggul (developmental dysplasia of the hip = DDH), yang merupakan varian lebih ringan dari dislokasi sendi panggul. Dr. Aryadi Kurniawan, SpOT, Staf Subdivisi Pediatrik Orthopaedi Divisi Orthopaedi FKUI-RSCM menjelaskan bahwa kelainan ini dapat terjadi karena komponen sendi panggul yang terdiri dari kepala tulang paha (femur) dan bagian dari tulang panggul, yaitu mangkuk asetabulum tidak berada pada posisi normal sehingga pertumbuhan keduanya terganggu.
Sejatinya pertumbuhan kedua komponen ini saling mempengaruhi, bahkan boleh dibilang keduanya tumbuh bersama-sama seperti kue yang mengembang di dalam oven mengikuti cetakannya, Apabila posisinya berubah maka pertumbuhan masing masing menjadi "independent'; tidak saling mempengaruhi sehingga bentuk kepala tulang paha dan acstabulum menjadi abnormal (dysplasia) dan tidak cocok satu sama lain (diskongruen). Kepala tulang paha yang seharusnya bulat menjadi oval dan rata, sedangkan mangkuk asetabulum yang seharusnya memiliki kecekungan yang dalam menjadi dangkal atau bahkan mendatar. Akhirnya terjadi gangguan gerakan sendi, panjang kaki berbeda antara yang normal dengan sisi yang dysplasia dan berujung pada cara berjalan yang tidak normal.
Angka kejadian DDH bervariasi, tergantung pada lokasi. hal ini Menarik untuk dikaji bahwa insidens DDH ditemukan JaUh lebih tinggi pada daerah daerah dlngin yang dekat dengan kutub bumi. Insidens juga jauh lebih tinggi pada bayi-bayi yang dilahirkan di musim dingin. Hal itu diyakini berhubungan dengan kebiasaan mengenakan pakaian hangat berlapis-fapis dan relatif ketat pada bayi tersebut. Walaupun Indonesia berada di daerah tropis yang hangat tetapi tetap ada kebiasaan mengenakan pakaian hangat yang relatif ketat (seperti bedong) yang lebih disebabkan kebiasaan dan kepercayaan.Alasannya klasik,agar tubuh anak dapat tumbuh lurus dan membuatnya nyaman.
Sejatinya pertumbuhan kedua komponen ini saling mempengaruhi, bahkan boleh dibilang keduanya tumbuh bersama-sama seperti kue yang mengembang di dalam oven mengikuti cetakannya, Apabila posisinya berubah maka pertumbuhan masing masing menjadi "independent'; tidak saling mempengaruhi sehingga bentuk kepala tulang paha dan acstabulum menjadi abnormal (dysplasia) dan tidak cocok satu sama lain (diskongruen). Kepala tulang paha yang seharusnya bulat menjadi oval dan rata, sedangkan mangkuk asetabulum yang seharusnya memiliki kecekungan yang dalam menjadi dangkal atau bahkan mendatar. Akhirnya terjadi gangguan gerakan sendi, panjang kaki berbeda antara yang normal dengan sisi yang dysplasia dan berujung pada cara berjalan yang tidak normal.
Angka kejadian DDH bervariasi, tergantung pada lokasi. hal ini Menarik untuk dikaji bahwa insidens DDH ditemukan JaUh lebih tinggi pada daerah daerah dlngin yang dekat dengan kutub bumi. Insidens juga jauh lebih tinggi pada bayi-bayi yang dilahirkan di musim dingin. Hal itu diyakini berhubungan dengan kebiasaan mengenakan pakaian hangat berlapis-fapis dan relatif ketat pada bayi tersebut. Walaupun Indonesia berada di daerah tropis yang hangat tetapi tetap ada kebiasaan mengenakan pakaian hangat yang relatif ketat (seperti bedong) yang lebih disebabkan kebiasaan dan kepercayaan.Alasannya klasik,agar tubuh anak dapat tumbuh lurus dan membuatnya nyaman.
Mengapa Tidak Boleh Dibedong?
Posisi aman agar kepala femur tidak keluar dari mangkuk acetabulum adalah paha diibuka lebar, sebenarnyaa bayi akan mengambil sendiri posisi fni apabila ia tidak dibedong secara ketat, sedangkan jika anak dibedong maka sendi panggul menjadi lurus dan paha merapat Hal itu membuat kepala tulang paha mudah keluar dari mangkuk asetabulum. Atas sebab itulah pembedongan ketat pada bayi sudan ditinggalkan karena terbukti dapat menimbulkan masalah pada sendi panggul.Pada sebagian besar
negara maju bahkan sudah dilakukan program skrining nasional untuk deteksi dini DDH karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani DDH dini jauh lebih murah dibandingkan stadium lanjut.
Apabila tidak ditangani dini, pada saat pasien mencapai usia produktif DDH akan menurunkan kualitas hidup secara signifikan karena mobilitas pasien akan sangat terganggu, Pada usia tua, pasien akan mengalami proses degeneratif/pengapuran lebih awal sehingga seringkali membutuhkan tindakan operasi penggantian sendi.
Posisi aman agar kepala femur tidak keluar dari mangkuk acetabulum adalah paha diibuka lebar, sebenarnyaa bayi akan mengambil sendiri posisi fni apabila ia tidak dibedong secara ketat, sedangkan jika anak dibedong maka sendi panggul menjadi lurus dan paha merapat Hal itu membuat kepala tulang paha mudah keluar dari mangkuk asetabulum. Atas sebab itulah pembedongan ketat pada bayi sudan ditinggalkan karena terbukti dapat menimbulkan masalah pada sendi panggul.Pada sebagian besar
negara maju bahkan sudah dilakukan program skrining nasional untuk deteksi dini DDH karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani DDH dini jauh lebih murah dibandingkan stadium lanjut.
Apabila tidak ditangani dini, pada saat pasien mencapai usia produktif DDH akan menurunkan kualitas hidup secara signifikan karena mobilitas pasien akan sangat terganggu, Pada usia tua, pasien akan mengalami proses degeneratif/pengapuran lebih awal sehingga seringkali membutuhkan tindakan operasi penggantian sendi.
Faktor Risiko
Anak yang g berisiko diantaranya adalah
> Anak yang memiliki keluarga yang pernah nengalami hal ini.
> Anak perempuan angka kejadianya lebih tinggi dari pada laki laki
> 60 %, mengalami DDH merupakan anak pertama
> Bayi dengan presentasi bokong meningkat risikonya mengalami DDH.
> Bayi dengan air ketuban sedikit (oligohidramnion), membuat bayi sulit bergerak, sehingga kemungkinan mengalami disiokasi panggul.
> Bayi yang sudah mengalami gangguan sistem neuromuscular (otot dan persarafan) misalnya penyakit cerebral palsy (gangguan otak),
> Meningomyelocele, dan artiwogryposis.
Anak yang g berisiko diantaranya adalah
> Anak yang memiliki keluarga yang pernah nengalami hal ini.
> Anak perempuan angka kejadianya lebih tinggi dari pada laki laki
> 60 %, mengalami DDH merupakan anak pertama
> Bayi dengan presentasi bokong meningkat risikonya mengalami DDH.
> Bayi dengan air ketuban sedikit (oligohidramnion), membuat bayi sulit bergerak, sehingga kemungkinan mengalami disiokasi panggul.
> Bayi yang sudah mengalami gangguan sistem neuromuscular (otot dan persarafan) misalnya penyakit cerebral palsy (gangguan otak),
> Meningomyelocele, dan artiwogryposis.
Bagaimana Diagnosis Penyakitnya?
Pada bayi baru lahir yang mengalami DDH akan terlihat tanda-tanda sebagai berikut:
• Lipatan kulit sekitar paha yang tidak simetris
• Perbedaan panjang kaki
• Terbatasnya ruang lingkup sendi panggul pada arah abduksi (membuka paha) Kelainan tersebut akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan yang lebih spesifik oleh dokter dan pemeriksaan USG atau foto rontgen tergantung pada usia sang anak. Pada anak yang berusia lebih tua maka tampilan fisiknya akan berbeda.Pada anak yang lebih tua hanya terlihat tungkai yang lebih pendek dan cara berjalan yang tidak normal.
Pengobatan
Penaialaksannan DDI I tergantung pada usia derajat dysplasia yany terjadi.Semakin muda usianya, maakin mudah terapinya, makin kecil kemungkinan dilakukan tindakan operatif,dan hasilnya juga lebih optimal, Karena masalah pada DDH adalah mekanis, maka terapinya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemberian obat obatan, harus dilakukan manipulasi secara mekanis. Pada usia sebelum merangkak, penatalaksanaannya adalah dengari memakai Pavlik Harness.
Apabila bayi sudah mampu merangkak maka therapi dengan Pavlik Harness menjadi tidak efektif. Terapinya adalah dengan melakukan reposisi tertutup (mengembalikan posisi kepala tulang femur ke dalam mangkuk asetabulum dalam bius umum tanpa melakukan sayatan), Selanjutnya dipasang gip untuk
mempertahankan posisinya.
Untuk mengetahul apakah posisi sendi panggul sudah "aman'atau belum, dilakukan evaluasi dengan arthrogram (foto rontgen dengan kontrast) .Apabifa dari arthrogram diketahui reposisi tertutup gagal, maka dilakukan reposisi terbuka (reposisi dengan sayatan/operasi) untuk mengembalikan posisi sendi panggul, selanjutnya dipertahankan/imobilisasi gips dalam kurun waktu tertentu.
Jika derajat dysplasianya tinggi, terjad! perubahan signifikan pada bentuk kepala tulang femur atau mangkukasetabulum sehingga perlu dilakukan tindakan rekonstruksi tulang.Tujuannya agar kepala tulang femur dapat masuk kembali ke mangkukasetabulum, sehingga posisinya stabil dan kisaran gerak sendi menjadi optimal
Pada bayi baru lahir yang mengalami DDH akan terlihat tanda-tanda sebagai berikut:
• Lipatan kulit sekitar paha yang tidak simetris
• Perbedaan panjang kaki
• Terbatasnya ruang lingkup sendi panggul pada arah abduksi (membuka paha) Kelainan tersebut akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan yang lebih spesifik oleh dokter dan pemeriksaan USG atau foto rontgen tergantung pada usia sang anak. Pada anak yang berusia lebih tua maka tampilan fisiknya akan berbeda.Pada anak yang lebih tua hanya terlihat tungkai yang lebih pendek dan cara berjalan yang tidak normal.
Pengobatan
Penaialaksannan DDI I tergantung pada usia derajat dysplasia yany terjadi.Semakin muda usianya, maakin mudah terapinya, makin kecil kemungkinan dilakukan tindakan operatif,dan hasilnya juga lebih optimal, Karena masalah pada DDH adalah mekanis, maka terapinya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemberian obat obatan, harus dilakukan manipulasi secara mekanis. Pada usia sebelum merangkak, penatalaksanaannya adalah dengari memakai Pavlik Harness.
Apabila bayi sudah mampu merangkak maka therapi dengan Pavlik Harness menjadi tidak efektif. Terapinya adalah dengan melakukan reposisi tertutup (mengembalikan posisi kepala tulang femur ke dalam mangkuk asetabulum dalam bius umum tanpa melakukan sayatan), Selanjutnya dipasang gip untuk
mempertahankan posisinya.
Untuk mengetahul apakah posisi sendi panggul sudah "aman'atau belum, dilakukan evaluasi dengan arthrogram (foto rontgen dengan kontrast) .Apabifa dari arthrogram diketahui reposisi tertutup gagal, maka dilakukan reposisi terbuka (reposisi dengan sayatan/operasi) untuk mengembalikan posisi sendi panggul, selanjutnya dipertahankan/imobilisasi gips dalam kurun waktu tertentu.
Jika derajat dysplasianya tinggi, terjad! perubahan signifikan pada bentuk kepala tulang femur atau mangkukasetabulum sehingga perlu dilakukan tindakan rekonstruksi tulang.Tujuannya agar kepala tulang femur dapat masuk kembali ke mangkukasetabulum, sehingga posisinya stabil dan kisaran gerak sendi menjadi optimal
Bagaimana diagnosis penyakitnya?
Pada bayi baru lahir yang mengalami DDH akan terlihat:
Lipatan kulit sekitar paha yang asimetris Perbedaan panjang kaki, ditandai dengan adanya galeazzi sign (tanda galeazzi) lihat gambar Terbatasnya ruang lingkup sendi panggul pada arah abduksi (membuka paha).
Pada bayi baru lahir yang mengalami DDH akan terlihat:
Lipatan kulit sekitar paha yang asimetris Perbedaan panjang kaki, ditandai dengan adanya galeazzi sign (tanda galeazzi) lihat gambar Terbatasnya ruang lingkup sendi panggul pada arah abduksi (membuka paha).
Panggul normal
Panggul yang tidak normal pada pasien DDH
Jadi kesimpulannya adalah jangan sekali kali membedong bayi, bedong anak berdampak negatif buat si bayi, di bedong kakinya jadi bengkok, tidak perlu membedong bayi. semoga uraian diatas bisa menyadarkan kita.
Pemasangan Pavlik Harness untuk terapi DDH