Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KAJIAN ISLAM TENTANG "MERATAPI MAYIT / ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA"

KAJIAN ISLAM riwayat AI-Faqih Abu Laits berkata : Menangisi mayit dengan meratap adalah haram, tidak mengapa jika hanya sekedar menangis tanpa disertai ratapan, sedangkan sabar adalah lebih utama. Allah Ta'ala selalu menepati janji akan memberikan pahala dengan tanpa dihisab kepada orang yang bersabar ketika ditimpa musibah.
Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau pernah bersabda Orang yang menangis dengan meratap, sementara orang yang ada di sekitarnya mendengarkan ratapan tangis tersebut, maka mereka semua mendapat laknat Allah dan laknatan para malaikat, juga mendapat laknat seluruh manusia.
KAJIAN ISLAM lain Diceritakan tatkala Hasan bin Ali meninggal dunia maka istrinya menunggui kuburnya sampai satu tahun lamanya. Pada tahun pertama tiba-tiba ada suara yang sangat keras, sehingga suara itu bisa didengar dari arah kuburan: "Apakah kalian memperoleh apa yang telah tiada? Dari arah yang lain mereka mendengarkan suara : "Bahkan kalian telah berbuat buruk, maka bubarlah kalian semua jangan meratapi Hasan bin Ali".
Dijelaskan dalam suatu riwayat dari Rasulullah SAW: Sewaktu putra beliau Ibrahim meninggal dunia, maka mengalirlah air mata beliau. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada Nabi Muhammad SAW : "Ya Rasulullah, bukankah engkau telah mencegah kami menangis ?". Lalu Rasulullah SAW menjawab : "Sesungguhnya aku mencegah kalian untuk meghindari dua suara yang hina, yaitu suara tangis yang disertai ratapan, dengan mencakari wajah dan merobek-robek saku baju. Yang kedua adalah suara nyanyian. Tetapi mengalirnya air mataku ini adalah Rahmat, Allah SWT menjadikan rahmat dalam hati orang yang penyayang". Nabi SAW bersabda : Bila hati sedang dirundung kesedihan, maka air mata akan mengalir.
Diriwayatkan dari Wahib bin Kisan r.a. berkata : Sesungguhnya Umar pernah melihat seorang wanita yang menangisi mayit, lantas ia mencegah wanita tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Tinggalkan wanita ini, wahai bapaknya Hafshah, bahwa mata yang menangis itu menunjukkan kesedihan hatinya......”