Sifat Memaafkan Rasulullah SAW
Kita akan menyelami sungguh-sungguh salah satu sifat Rasulullah ini. Mengingat sebagian besar di antara kita, dalam soal kemampuan memaafkan masih menjadi PR yang tak kunjung selesai. Kita kehabisan energi, fikiran, lelah psikis, amarah yang sulit reda, disebabkan kesulitan memaafkan. Dari Rasulullah AS sang teladan kehidupan, kita akan mengambil inspirasi.
Kita tidak akan mendapati sifat maaf yang lebih tinggi daripada yang beliau miliki. Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah dalam riwayat Imam Bukhari: "Kami pernah ikut perang bersama Rasulullah di wilayah Najed. Ketika waktu isirahat siang tiba, di saat beliau berada dekat lembah yang banyak pepohonan berduri, beliau singgah di bawah pohon untuk berteduh sambil menggantungkan pedangnya di pohon tersebut Sedangkan orang-orang berpencar mencari pohon untuk berteduh.
Tatkala kami sedang beristirahat tiba-tiba Rasulullah SAW menyeru. Kami langsung bergegas mendatangi beliau.Ternyata seorang Arab Badui tengah terduduk Lemah di hadapan beliau. Beliau bersabda, "Orang ini mendatangiku saat aku tertidur. Lalu dia mengambil pedangku. Ketika aku terjaga, dia sudah berada di kepalaku dengan menghunuskan pedang seraya berkata, "Siapa yang dapat melindungimu dariku?"
Aku menjawab, "Allah." Kemudian dia memasukkan pedang itu ke sarungnya sambil terduduk lemas seperti ini." Bagaimana selanjutnya nasib Badui itu? Jabir mengakhiri kisahnya dengan berkata,"Rasulullah SAW sama sekali tidak menghukum orang itu." Nabi telah mengisyaratkan kepada kita betapa pentingnya memaafkan. Dalam kacamata beliau yang arif, memaafkan adalah ciri kuatnya seseorang. Beliau bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan:
Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan nafsu amarahnya ketika sedang marah." (HR.Bukhari dan Muslim).
Apa yang beliau sampaikan sangat jelas. Kita tidak bisa hanya mengatakan seorang wanita yang karena kebencian yang tertahan lalu larut dalam kesedihan, sebagai pribadi yang labil atau Iemah. Seorang laki-laki perkasa yang dengan keperkasaanya ia meluapkan amarahnya-pun pada dasarnyasama dengan wanita tersebut. Sama-sama Iemah. Karena sama-sama tunduk kepada nafsu amarahnya.
Kali ini kita akan belajar dari Rasulullah. Dikisahkan oleh Abdullah bin Umar bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah. Orang ini benar-benar ingin tahu, seberapa batas pintu maaf dibukakan untuk orang lain. Orang tersebut berkata, "Wahai Rasulullah, berapa kali kita memaafkan pembantu? Rasululla SAW tidak menjawab. Orang tersebut mengulangi pertanyaannya. Namun beliau tetap diam, seakan beliau tidak senang ditanyai tentang dimana batas kesabaran dan kemaafan.
Sebab sudah jelas, bahwa tidak ada batas dalam memaafkan.Tapi karena orang tersebut memaksa, maka Rasulullah akhirnya menjawab, "Maafkanlah dia 70 kali dalam sehari" (HR. Abu Daud) Orang itu terdiam. la faham. Yang dimaksud Rasulullah SAW bukanlah mengkalkulasi kesalahan demi kesalahan pembantunya lalu mentotal 70 kali. Yang kalau sudah lebih dari 70 kali boleh tidak dimaafkan. Bukan begitu. Yang dimaksud adalah, berilah maaf seluas-luasnya. 70 kali adalah bilangan yang menyiratkan, seorang harus berlapang dada atas kesalahan saudaranya. Semoga kita dapat meniru akhlak beliau. Allahumma Shalli 'Alaa Nabiyyinaa Muhammad.
Posting Komentar untuk "Sifat Memaafkan Rasulullah SAW"