Mengapa kita harus bermazdzhab ? Zaman sekarang harus sangat waspada memilih Guru..!
Artikel
ini sangat menarik untuk di cermati, penjelasan mengenai kenapa kita
harus bermazdhab? menurut saya sangat benar yang di kemukankan HABIB
NOVEL ALAYDRUS beliau sangat tahu kondisi zaman sekarang, banyak orang
yang mengemukakan bahwa semuanya harus kembali kepada Alqur'an dan
Sunah, memang benar namun lebih baik kita mengikuti mazdhab yang sudah
ada sejak zaman dulu, yang kemampuan para imam kita sudah tidak
diragukan lagi.
Sebuah
pertanyaan yang menarik, mengapa kita harus bermadzhab? mari kita simak
penjelasan dari HABIB NOVEL ALAYDRUS. kutipan di bawah ini.
Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja? Kalimat
“Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?”
seakan-akan menghakimi bahwa orang yang bermadzhab itu tidak kembali
kepada AlQur’an dan Sunnah.
Penggunaan kalimat “Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan
Sunnah saja?” tersebut telah menyebabkan sebagian orang memandang remeh
ijtihad dan keilmuan para ulama, terutama ulama terdahulu yang sangat
dikenal kesalehan dan keluasan ilmunya. Dengan menggunakan kalimat
“Mengapa kita tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?”
sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha mengajak pendengar dan
pembaca tulisannya untuk mengikuti cara berpikirnya, metodenya dalam
memahami AlQur’an dan Sunnah, serta menganggap bahwa dirinyalah yang
paling benar, karena ia telah berpegang kepada AlQur’an dan Sunnah,
bukan fatwa atau pendapat para ulama.
Hal semacam ini tentunya sangat berbahaya. Sebenarnya sungguh aneh
jika seseorang menyatakan agar kita tidak bermadzhab dan seharusnya
kembali kepada AlQur’an dan Sunnah. Mengapa aneh, coba perhatikan,
apakah dengan mengikuti suatu madzhab berarti tidak mengikuti AlQur’an
dan Sunnah?
Madzhab mana yang tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah? Justru
para pemuka madzhab tersebut adalah orang-orang yang sangat paham
tentang AlQur’an dan Sunnah. Coba dicek, hasil ijtihad yang mana dalam
suatu madzhab, yang tidak kembali kepada AlQur’an dan Al Hadits?
Ternyata semua hasil ijtihad keempat madzhab yang populer di dalam Islam
semuanya bersumber kepada AlQur’an dan Hadits. Artinya dengan
bermadzhab kita justru sedang kembali kepada AlQur’an dan Hadits dengan
cara yang benar, yaitu mengikuti ulama yang dikenal keluasan ilmu dan
kesalehannya.
Akhir-akhir ini memang muncul sekelompok orang yang sangat fanatik
dengan golongannya dan secara sistematis berupaya mengajak umat Islam
meninggalkan madzhab. Mereka seringkali berkata, “Kembalilah kepada
Alquran dan Sunnah”. Ajakan ini sepintas tampak benar, akan tetapi
sangat berbahaya, karena secara tidak langsung mereka menggunakan
kalimat (propaganda) di atas untuk menjauhkan umat dari meyakini
pendapat para ulama terdahulu yang telah mumpuni.
Mereka memaksakan agar kita semua hanya mengikuti pendapat gurunya.
Kemudian perhatikan lebih cermat lagi, apakah mereka yang menyatakan
kembali kepada AlQur’an dan Sunnah benar-benar langsung kembali kepada
AlQur’an dan Sunnah? Tidak bukan, mereka ternyata menyampaikan pendapat
guru-gurunya. Artinya, mereka sendiri sedang membuat madzhab baru sesuai
pemikiran guru-gurunya.
Coba bayangkan, andai saja setiap orang kembali kepada AlQur’an dan
Sunnah secara langsung, tanpa bertanya kepada pakarnya, apa yang akan
terjadi? Yang terjadi adalah setiap orang akan menafsirkan AlQur’an dan
Sunnah menurut akalnya sendiri, jalan pikirnya sendiri, sehingga akan
sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita harus bermadzhab, agar kita
tidak salah memahami AlQur’an dan Sunnah.
Kita sadar, tingkat keilmuan para pakar yang ada di masa ini tidak
dapat disamakan dengan para ulama terdahulu, begitu pula tingkat ibadah
dan kesalehan mereka.
Sumber diatas dari www.habibnovel. com
Coba
kita renungkan akan hal diatas.. Pantaskah kita sebagai orang yang
belum tahu apa apa meninggalkan para imam yang pantas sebagai mazdhab
yang tidak di ragukan lagi keilmuanya, pantaskah kita menyeru namun 10
hadist saja belum hafal..ayat alquar'an saja belum hafal..sholat saja
masih sering di tinggalkan, menjaga lisan saja belum bisa..pantaskah
itu..